web 2.0

Thursday, February 4, 2010

HUTAN DAN PERUBAHAN IKLIM



Oleh : Anwar B Sabana

Secara paradigmatik permasalahan pembangunan yang akan dihadapi free trade , dimana isu hak asasi manusia, demokrasi dan lingkungan hidup,. Oleh karena itu Pengelolaan Lingkungan Hidup menuntut dilakukannya re-orientasi dan re-formulasi berbagai paradigma, kebijaksanaan, program dan kegiatan pengelolaan lingkungan hidup yang selama ini telah dilaksanakan.

Kecenderungan manusia dengan pertumbuhannya yang sangat cepat menjadi faktor penyebab utama perubahan lingkungan ternyata telah terbukti. Meningkatnya tingkat gas-gas rumah kaca di atmosfir sebagai akibat meningkatnya kegiatan industri dan berkurangnya secara drastis kawasan hutan tropis karena ulah manusia adalah satu peringatan. bagi umat manusia dalam memasuki perdagangan bebas .

Tidak ada hal yang lebih penting bagi masyarakat agar dapat menjawab tantangan lingkungan yang dihadapi. Bukti-bukti signifikan menunjukkan bahwa cara-cara masyarakat mengkonsumsi isi sumberdaya alam mengakibatkan kerusakan keanekaragaman hayati yang sebenarnya merupakan landasan kehidupan manusia di muka bumi.

Gejala alam yang terjadi pada free trade ke dua menunjukkan berbagai kejanggalan sifat-sifat alam seperti perubahan iklim yang menyimpang dan merusak, sehingga menimbulkan kebakaran hutan, banjir, serta badai yang mengancam kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Ironisnya, pada masa lalu, gejala alam tersebut. namun pada masyarakat modern umat manusia menanggapi perubahan perilaku alam tersebut sebagai peringatan yang sangat serius bagi keberlangsungan kehidupan manusia. Tentu saja perubahan iklim merupakan salah satu aspek alam yang diperhatikan dalam kurun waktu ribuan tahun.

Alam tidak statis, akan tetapi saat ini secara nyata yang dihadapi umat manusia bukan melulu perubahan iklim, namun perubahan pola iklim global yang disebabkan oleh aktifitas umat manusia yang tidak bersifat alami. Dalam perjalanan sejarahnya yang panjang, bumi secara perlahan-lahan telah mengabsorsi perubahan iklim dan beradaptasi dengan sistem-sistem baru untuk menyesuaikan dengan kondisi yang baru. Hutan selalu dapat digunakan sebagai barometer untuk perubahan-perubahan tersebut. Selama periode jaman es, misalnya, daerah tropis menjadi dingin dan kering, serta hutan-hutan tropis tersebut menjadi terkontraksi. Hal ini menyebabkan musim kering yang panjang, sehingga menimbulkan kelembaban yang tidak memungkinkan pertumbuhan dan serasah menjadi kering, menghasilkan hutan yang sangat rentan terhadap kebakaran yang berasal dari ladang-ladang ilalang di dekatnya.

Saat ini, ketika musim kering muncul lagi di wilayah tropis, kebakaran hutan tropis terutama disebabkan oleh api yang dipergunakan sebagai alat untuk mengkonversi hutan menjadi lahan pertanian. Seperti yang kita saksikan saat ini di benua Asia dan Amerika Latin, praktek penggunaan api sebagai alat untuk pembukaan lahan, tidak hanya memusnahkan bakteri-bakteri yang ada di lahhan hutan tropis, namun juga menambah jumlah produksi karbon dioksida (CO2) secara signifikan sehingga menjadi penyebab perubahan iklim secara cepat serta mengancam hutan secara terus menerus.

Konversi hutan menjadi lahan pertanian, pemanenan hasil kayu hutan, dan pembukaan lahan hutan menyebabkan pelepasan neto CO2 ke dalam atmosfer. Estimasi para ahli FAO menyatakan deforestasi hutan tropis berkisar 3.3 - 20 juta ha setiap tahun. Pelepasan CO2 dari biota dan dari pembakaran bahan bakar fosil telah meningkatkan CO2 atmosfer dan telah mencapai puncaknya pada akhir abad 20.

Menurut data fao, Peningkatan CO2 atmosfer ini diperkirakan menyebabkan terjadinya pemanasan global, melalui “Efek Rumah Kaca” . Selanjutnya pemanasan global ini mengakibatkan perubahan pola iklim dunia yang cukup signifikan untuk berpengaruh terhadap distribusi lahan pertanian dan hutan, serta produktifitas pertanian. Peningkatan suhu udara global diperkirakan akan menyebabkan es-kutub mencair dan secara potensial dapat menaikkan permukaan air laut 3 – 5 meter dalam 100 – 200 tahun Perkiraan saat ini mengenai mekanisme CO2 - biotik adalah berkisar dari net-uptake sebesar 2.0 x 1015 g C hingga net-release 4.7 x 1015 g C.

Dalam ekosistem yang bervegetasi, sebagian besar solar-radiasi ditangkap oleh tajuk tumbuhan dan hanya sebagian kecil yang diteruskan dan direfleksikan kembali atau hilang. Oleh karena itu pelenyapan vegetasi, seperti penebangan hutan, akan meningkatkan secara drastis jumlah solar-radiasi yang mencapai permukaan tanah . Banyak bukti empiris menunjukkan bahwa pembukaan lahan hutan diikuti oleh lebih tingginya suhu udara siang hari. Suhu udara pada ekosistem hutan lebih rendah dibandingkan dengan ekosistem pertanian, perbedaan dapat mencapai 1.0 -–1.5oC. Hasil studi di Afrika Barat membuktikan bahwa suhu udara di daerah yang dibuka lebih tinggi sekitar 4oC dibandingkan dengan daerah hutan.









0 comments:

Post a Comment

Pages

About this blog

Followers

Adsense Banner

Iklan

Jejak Kaki

Free Shoutbox by ShoutCamp